Sedih Setelah Melahirkan, Tanda Baby Blues yang Tidak Disadari

apakah Ibu justru merasa sedih, murung, dan sering menangis setelah melahirkan? Kondisi ini dinamakan baby blues yang dialami 50-70% wanita setelah melahirkan.

Ditulis oleh : Tim Penulis

4 min
03 Apr 2024
Seorang Ibu sedang memangku bayinya sambil memegangi dahi.


Kehadiran malaikat kecil tentu menjadi momen yang paling membahagiakan dalam hidup orang tua setelah 9 bulan penantian. Namun, apakah Ibu justru merasa sedih, murung, dan bahkan sering menangis setelah melahirkan? Kondisi ini dinamakan baby blues

Jika Ibu belum pernah mendengar istilah ini, mungkin akan bertanya-tanya apakah baby blues wajar. Ya, Bu, cukup wajar. Baby blues adalah masalah psikologis yang umum dialami banyak wanita setelah melahirkan. Di Indonesia, angka kejadian baby blues atau postpartum blues dialami oleh 50-70% wanita yang baru melahirkan. Jadi, Ibu tidak benar-benar sendirian, kok.

Namun yang perlu diketahui, kebanyakan ibu yang tidak sadar apa yang dialaminya adalah baby blues karena tidak mengetahui tanda-tanda yang ditimbulkan sehingga kondisi ini tidak segera diatasi. Padahal jika tidak segera diatasi, kondisi ini bisa saja berkembang menjadi masalah psikologis yang lebih parah, yakni depresi pasca melahirkan (depresi postpartum).

Maka itu, yuk, cari tahu lebih dalam seputar baby blues, dari penyebab sampai gejala dan cara mengatasinya supaya Ibu bisa mengawali semua kehebatan dengan hati yang bahagia!

Penyebab Baby Blues

Baby blues adalah bentuk ringan dari depresi dan gangguan kecemasan yang terjadi pada masa-masa awal setelah melahirkan. Kondisi ini biasanya memunculkan perasaan sedih dan kemurungan yang berlebihan.

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab baby blues. Namun, kondisi ini diyakini berkaitan erat dengan perubahan produksi hormon yang terjadi selama masa kehamilan dan setelah melahirkan. Pengalaman melahirkan juga dapat berperan dalam baby blues.

Setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron tiba-tiba berkurang sehingga menyebabkan perubahan suasana hati yang sangat drastis. Bagi sebagian perempuan, hormon yang ini bisa turun tajam sehingga bisa membuat mereka merasa lelah dan tertekan. Masalah kurang tidur dan jadi jarang makan setelah punya bayi juga dapat memperburuk perasaan negatif yang Ibu rasakan.

Masalah emosional adalah kemungkinan penyebab baby blues lainnya. Ibu mungkin gugup, takut, atau cemas merawat bayi baru atau khawatir tentang perubahan rutinitas hidup Ibu begitu bayi lahir.

Misalnya saja, menyusui bayi karena bagi sebagian perempuan, menyusui bukanlah hal dapat berjalan lancar begitu saja. Pikiran-pikiran inilah yang dapat membuat Ibu merasa makin sedih atau tertekan.

Baca Juga: Rutinitas Bayi Baru Lahir yang Harus Ibu Ketahui

Seperti Apa Gejala Baby Blues

Selain sedih dan murung, beberapa ibu juga terlihat tidak semangat untuk merawat atau menyusui bayinya. Kondisi ini biasanya terjadi selama 7-14 pasca melahirkan.

Baby blues pada setiap Ibu akan muncul dan mencapai puncaknya dengan timeline waktu yang berbeda, semua dipengaruhi oleh proses persalinan masing-masing Ibu. 

Berikut gejala baby blues yang umumnya muncul setelah melahirkan: 

  • Menjadi emosional dan menangis tanpa alasan yang jelas.

  • Merasa mudah tersinggung atau lebih sensitif.

  • Suasana hati buruk.

  • Merasa cemas dan gelisah. 

  • Tidak sabar.

  • Kelelahan.

  • Kesulitan tidur (walaupun bayi telah tertidur).

  • Perubahan suasana hati (mood swing).

  • Sulit berkonsentrasi.

  • Merasa kewalahan (overwhelmed). 

  • Tidak nafsu makan.

Dampak Baby Blues pada Ibu dan Bayi

Dalam Baby blues memberikan dampak yang cukup signifikan pada Ibu. Namun, ternyata kondisi ini juga secara tidak langsung sangat mempengaruhi si Kecil, Bu. 

Berikut dampak baby blues bagi Ibu dan bayi:  

  • Bayi sulit tidur. Tahukah Ibu jika si Kecil dapat merasakan emosi orang tuanya? Oleh sebab itulah, ketika ibu mengalami baby blues umumnya bayi akan lebih rewel, gelisah, hingga kesulitan tidur. 

  • Produksi ASI berkurang. Baby blues dapat menyebabkan penurunan produksi hormon oksitosin (hormon bahagia) dan peningkatan hormon kortisol (hormon stres) yang membuat produksi ASI Ibu berkurang. 

  • Kurangnya bonding antara Ibu dan Bayi. Menurunnya hormon oksitosin dan meningkatnya hormon kortisol dapat menyebabkan intimasi antara Ibu dan bayi tidak terbentuk dengan baik selama menyusui. 

Bagi beberapa ibu yang lain, perasaan nelangsa setelah melahirkan dapat menjadi lebih dari sekadar gejala baby blues. Sebanyak satu dari lima ibu baru mengalami depresi pasca persalinan (depresi postpartum), sebuah kondisi yang lebih serius namun sangat bisa diobati.

Oleh karena itu, jangan pernah ragu untuk bicarakan apa yang Ibu rasakan pada suami dan keluarga serta berkonsultasi pada ahli mengenai kondisi fisik dan mental Ibu setelah melahirkan, ya!

Cara Mengatasi Baby Blues

Ada beberapa tips yang dapat dicoba untuk meringankan gejala baby blues yang sedang Ibu alami. Berikut daftarnya.

1. Curhat pada Orang Terpercaya

Tidak bosan-bosannya kami menyarankan Ibu agar jangan pernah ragu untuk menceritakan perasaan Ibu pada orang yang Ibu percaya. Bisa suami, orang tua, atau sahabat dekat. Ungkapkanlah semua perasaan, pemikiran, hingga ketakutan-ketakutan Ibu sampai merasa lega. 

Selain orang terdekat, Ibu juga bisa berkonsultasi dengan psikolog atau dokter kepercayaan Ibu tanpa merasa takut dihakimi.

2. Minta Bantuan Merawat si Kecil

Ibu, jangan pernah ragu untuk meminta bantuan dari suami atau kerabat terdekat (orang tua, mertua, atau adik/kakak) untuk mengurus si Kecil. Terlebih dari suami, karena memiliki anak adalah keputusan yang dibuat oleh Ibu dan Ayah bersama-sama. 

Hal ini sangat penting agar Ibu masih memiliki waktu yang cukup untuk istirahat sehingga Ibu bisa pelan-pelan mulai menikmati peran baru sebagai orang tua dengan lebih baik. 

Apabila tidak ada anggota keluarga yang bisa membantu, Ibu dapat menyewa baby sitter selama beberapa waktu. 

3. Keluar Rumah

Setiap kali ada waktu luang, barang sebentar saja, sempatkanlah keluar rumah untuk menghirup udara segar di luar. Berjemur pagi selama 10 menit di taman belakang rumah atau jalan pagi sekitaran kompleks dapat membantu Ibu merasa lebih baik. 

Jika tidak memungkinkan, cobalah sempatkan waktu untuk melakukan apa pun itu yang membuat Ibu merasa bahagia sewaktu masih belum punya bayi. Misalnya, berkebun, membaca buku, merajut, dan lain sebagainya. Tidur siang sebentar pun tidak masalah, kok, Bu.

Jangan pernah merasa bersalah untuk memutuskan memiliki waktu “sendiri”, ya, Bu, karena Ibu sangat butuh istirahat.

Penting untuk sesekali “reconnect” dengan diri sendiri di tengah kesibukan baru, meskipun hanya selama 20 menit setiap kali.

4. Tulis Diary

Berilah waktu pada diri sendiri untuk menyesuaikan peran sebagai “Ibu baru” dan segala perubahan yang ada. 

Jadi selain berbicara dengan orang-orang kepercayaan, Ibu juga dapat meluapkan perasaan yang terpendam dengan menulisnya di buku harian. Tuangkanlah semua apa yang Ibu rasa dan alami agar hati terasa lebih lega tanpa harus merasa takut di-judge. 

Selain membuat perasaan lebih lega, jurnal harian juga akan bantu Ibu untuk merefleksikan diri di kemudian hari. Ibu dapat lebih mudah melihat seberapa jauh Ibu telah berjuang dan melangkah untuk menjadi Ibu yang lebih baik dan bahagia. 

5. Menjaga Pola Makan

Saat mengalami baby blues, Ibu mungkin kehilangan nafsu makan. Namun, perasaan enggan makan tersebut perlu dilawan ya, Bu, supaya tubuh kembali bugar dan bertenaga. 

Walau begitu, Ibu tidak boleh asal makan supaya kenyang. Ibu tetap perlu menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang, yang meliputi karbohidrat, protein, serat, lemak sehat, sampai vitamin dan mineral. 

Sebisa mungkin hindari konsumsi karbohidrat berlebihan, ya, sebab terlalu banyak karbohidrat dapat membuat mood swings Ibu semakin parah. 

Selain itu, pastikan ibu mendapatkan asupan omega 3 yang cukup dari telur dan ikan, sebab omega 3 akan bantu ibu dalam meringankan gejala baby blues

6. Bonding dengan Suami

Jangan berharap semua akan langsung berjalan dengan sempurna ya, Bu. Beri waktu bagi diri sendiri untuk beristirahat dan memulihkan diri dari proses melahirkan yang sangat melelahkan.

Nah, salah satu caranya adalah dengan memperkuat ikatan batin dan hubungan Ibu dengan Ayah. Bukan rahasia lagi bahwa menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan pasangan Ibu akan menghasilkan hubungan yang lebih bahagia secara keseluruhan. 

Koneksi emosional membuat Ibu merasa bahagia dan dicintai, yang meningkatkan semangat serta kepercayaan diri Ibu. Ketika Ibu merasa nyaman dan dicintai oleh pasangan, self-worth (harga diri) Ibu juga akan meroket. 

Penguat mood ini akan memengaruhi setiap aspek kehidupan Ibu, mulai dari kesehatan mental secara umum hingga cara Ibu mengurus rumah tangga dan merawat si Kecil.

Baca Juga: Bonding Ayah Bersama Si Kecil 

Kapan Harus Mengunjungi Dokter? 

Baby blues adalah masalah yang umum terjadi pada perempuan pascamelahirkan. Kabar baiknya, kondisi ini sifatnya hanya sementara, Bu. Baby blues umumnya akan berangsur hilang dalam 1-2 minggu setelah melahirkan tanpa harus mendapatkan perawatan medis.  

Namun, bukan berarti kondisi ini wajar dan gejalanya bisa dibiarkan berlarut-larut. Ketika gejalanya terasa lebih parah dan tidak kunjung hilang setelah 2 minggu, lebih baik Ibu segera berkonsultasi dengan dokter. 

Biasanya baby blues yang bertahan lebih dari 2 minggu merupakan indikasi dari kondisi yang lebih serius seperti postpartum depression (depresi pascamelahirkan). 

Berikut gejala dari postpartum depression yang perlu Ibu ketahui.

  • Kehilangan minat pada hal-hal di sekitar Ibu.

  • Tidak lagi tertarik dan menikmati hal-hal yang dulunya Ibu sukai. 

  • Muncul rasa “aku tidak bisa diganggu”.

  • Muncul perasaan putus asa. 

  • Tidak bisa berhenti menangis.

  • Muncul perasaan tidak mampu mengatasi apa yang sedang terjadi. 

  • Tidak dapat menikmati apa pun. 

  • Kehilangan memori atau tidak dapat berkonsentrasi. 

  • Muncul kecemasan berlebihan tentang bayi Ibu. 

  • Muncul rasa ngantuk berlebih.

  • Kelelahan ekstrim.

  • Kehilangan selera makan.

Apabila gejala-gejala di atas muncul, segera hubungi dokter ya, Bu. Ceritakan apa yang Ibu rasakan dan pikirkan dengan jujur. 

Tenaga kesehatan profesional termasuk dokter tidak akan terkejut atau menghakimi apa yang Ibu rasakan. Dokter dan tim ahlinya akan membantu Ibu melalui masa-masa sulit ini.

Semoga Ibu selalu sehat dan bahagia, ya! Dan untuk mulai awali semua kehebatan Ibu bersama si Kecil, yuk gabung di Bebeclub sekarang. Dengan jadi member, Ibu bisa dapatkan beragam promo serta pilihan hadiah eksklusif sesuai kebutuhan Ibu. Ada perlengkapan dapur, voucher e-commerce, sampai saldo e-wallet menanti!


Referensi:

  1. Baby blues after pregnancy. (2021). Marchofdimes.org. https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/postpartum/baby-blues-after-pregnancy

  2. Baby Blues. (2019). American Pregnancy Association. https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/first-year-of-life/baby-blues/

  3. Postpartum depression - Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/postpartum-depression/symptoms-causes/syc-20376617

  4. NHS Choices. (2023). Feeling depressed after childbirth. https://www.nhs.uk/conditions/baby/support-and-services/feeling-depressed-after-childbirth/

  5. Kripke, K. (2012, July 31). Postpartum Depression and Breastfeeding Challenges: The Connection. POSTPARTUM PROGRESS. https://postpartumprogress.com/postpartum-depression-and-breastfeeding-challenges-the-connection#:~:text=Successful%20milk%20production%20and%20let,Moms%20who%20are%20anxious%20postpartum



 
alt

Kenali apa itu

Kalkulator Nutrisi

Cek nutrisi si Kecil yuk! Sudah sesuaikah dengan kebutuhannya?

Artikel Terkait